๐ https://www.fawaidsolo.com
โโโโโโโโ๐๐
Selektif dalam memilih teman merupakan prinsip utama dalam Islam.
Sejarah pun menunjukkan bahwa para ulama terdahulu (as-salafush shalih) benar-benar memerhatikan prinsip ini. Karena sosok teman sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat.
Di dalam Shahih Al-Bukhari (no. 3742) disebutkan bahwa Alqamah rahimahullah seorang tabiโin yang mulia berkisah: โKetika aku masuk ke Negeri Syam, maka aku (langsung menuju masjid dan) shalat dua rakaat. Kemudian kupanjatkan sebuah doa: โYa Allah, berilah aku kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik (di negeri ini)โ. Usai berdoa kudatangi sekelompok orang yang sedang duduk-duduk dan turut bergabung bersama mereka. Lalu datanglah seorang syaikh dan duduk di sebelahku. Aku bertanya kepada mereka, โSiapakah orang ini?โ Mereka menjawab: โBeliau adalah Abud Dardaโ (seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).โ Maka aku katakan kepada beliau, โAku telah berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar diberi kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik (di negeri ini). Sungguh Allah subhanahu wa ta’ala telah memudahkanku untuk bertemu denganmu.โ Abud Dardaโ berkata: โDari manakah engkauโ. Maka kukatakan: โAku dari negeri Kufahโ.โ
Selektif dalam memilih teman merupakan kewajiban setiap insan muslim. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: โMemerhatikan teman merupakan kewajiban setiap insan muslim.
Jika mereka itu orang-orang yang buruk, maka hendaknya dijauhi, karena (penyakit) mereka itu lebih kuat penularannya daripada kusta. Atau jika mereka itu teman-teman yang baik, yang senantiasa memerintahkan kepada kebaikan, mencegah (anda) dari kemungkaran dan membimbing kepada pintu-pintu kebaikan, bergaullah (dengan mereka).โ (Al-Qaulul Mufid Syarh Kitabit Tauhid 1/224)
Selektif memilih teman harus diupayakan sejak dini. Karena pergaulan di masa muda sangat menentukan kelanjutan hidup pada fase-fase berikutnya. Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: โJika engkau melihat seorang pemuda di awal pertumbuhannya bersama Ahlus Sunnah wal Jamaโah, maka harapkanlah kebaikannya (di kemudian hari). Jika engkau melihat di awal pertumbuhannya bersama ahlul bidโah, maka berputusasalah akan kebaikannya (di kemudian hari).โ (Al-Adab Asy-Syarโiyyah karya Al-Imam Ibnu Muflih, 3/77)
๐ selengkapnya baca:
————๐————
๐ Arsip Fawaid Ilmiyah:
https://telegram.me/fawaidsolo
————๐————